EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN JIGSAW PADA POKOK BAHASAN BENTUK ALJABAR DITINJAU DARI PERHATIAN ORANG TUA SISWA KELAS VII SMP NEGERI DI KABUPATEN CILACAP TAHUN PELAJARAN 2010/2011
ABSTRAK
AMIR MAHMUD NIM S850809202, Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw Pada Pokok Bahasan Bentuk Aljabar Ditinjau Dari Perhatian Orang Tua Siswa Kelas VII SMP Negeri di Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011. Tesis, Surakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.
Pembimbing Pertama : Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D.
Pembimbing Kedua : Drs. Budi Usodo, M.Pd.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menyebabkan prestasi belajar yang lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari metode tradisional pada pokok bahasan Bentuk Aljabar pada siswa kelas VII SMP Negeri se-Kabupaten Cilacap tahun pelajaran 2010/2011, (2) Apakah kategori perhatian orang tua siswa yang berbeda-beda memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda pula, (3) Manakah diantara penggunaan model pembelajaran yaitu tipe STAD, tipe Jigsaw dan tradisional yang memberikan prestasi belajar lebih baik pada kategori perhatian orang tua tinggi, sedang atau rendah pada pokok bahasan Bentuk Aljabar pada siswa kelas VII SMP Negeri se-Kabupaten Cilacap tahunpelajaran 2010/2011.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri se-Kabupaten Cilacap tahun pelajaran 2010/2011. Sampel dalam penelitian ini adalah 306 siswa. Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan stratified cluster random sampling. Instrumen yang digunakan adalah tes dan angket. Untuk menguji konsistensi internal angket digunakan rumus momen produk dari Karl Pearson, sedangkan untuk menguji reliabilitas angket digunakan rumus Alpha. Untuk menguji reliabilitas tes digunakan rumus KR-20.
Uji prasyarat Analisis Variansi digunakan uji Lilliefors untuk uji normalitas, uji Bartlett untuk uji homogenitas. Dengan diperoleh sampel berasal dari populasi-populasi yang berdistribusi normal dan homogen.
Tehnik analisa data yang digunakan ádalah analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan faktor (3 x 3). Hasil analisis variansi dua jalan pada taraf sinifikansi 5% menunjukkan (1) terdapat perbedaan prestasi belajar matemátika antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran STAD, Jigsaw dan tradisional pada pokok bahasan Bentuk Aljabar pada siswa kelas VII SMP Negeri se-Kabupaten Cilacap tahun pelajaran 2010/2011 (F= 6,04 > F = 3,00). (2) terdapat perbedaan prestasi belajar matemátika peserta didik dari ketiga kategori perhatian orang tua pada pokok bahasan Bentuk Aljabar pada siswa kelas VII SMP Negeri se-Kabupaten Cilacap tahun pelajaran 2010/2011 (F = 7,32 > F=3,00), (3) Karakteristik perbedaan antara penggunaan model pembelajaran STAD, Jigsaw dan tradisional untuk setiap kategori perhatian orang tua ádalah sama pada pokok bahasan Bentuk Aljabar pada siswa kelas VII SMP Negeri se-Kabupaten Cilacap tahun pelajaran 2010/2011 (F = 2,32 < F = 2,37).
Dari hasil komparasi ganda dengan metode Scheffe dan dengan melihat rataan untuk masing-masing kelompok dapat disimpulkan bahwa siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai prestasi belajar yang sama baik dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw (F1.-2.= 5,52 < F = 6,00). Pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari pembelajaran tradisional (F1.-3. = 16,165 > F = 6,00). Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sama baik prestasinya dengan pembelajaran tradisional (F2.-3.= 2,897 < F = 6,00). Siswa dengan perhatian orang tua tinggi memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa pada perhatian orang tua sedang (F.1-.2 = 0,4488 < F = 6,00). Siswa dengan perhatian orang tua tinggi memiliki prestasi belajar matemátika yang lebih baik daripada siswa dengan perhatian orang tua rendah ( F.1-.3 = 15,247 > F = 6,00), dan siswa dengan perhatian orang tua sedang memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa dengan perhatian orang tua rendah ( F.2-.3= 18,167 > F = 6,00).
Kata Kunci: STAD, Jigsaw, Perhatian Orang Tua, Prestasi Belajar.
ABSTRACT
Amir Mahmud NIM S850809202, Experimentations Cooperative Learning Model Type STAD and Jigsaw On the Subject Algebraic Form Seen From Parents Attention of The Seventh Grade Student of The State Junior High School in Cilacap in 2010/2011. Thesis, Surakarta : The Study Program of Mathematics Education, Postgraduate Program Sebelas Maret University Surakarta . 2011.
First Supervisor : Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D.
First Supervisor : Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D.
Second Supervisor : Drs. Budi Usodo, M.Pd.
The purposes of this research are to know: (1) whether the use of cooperative learning model STAD causes better learning achievement when it is compared with the use of cooperative learning model type Jigsaw and cooperative learning model STAD is better than traditional methods on the subject of Algebraic Form of the seventh grade students of the State Junior High School in Cilacap in 2010/2011, ( 2) what categories of different student parents attention give a different mathematics achievement also, (3) which are the most of using among the learning models that is STAD, Jigsaw and traditional methods provide better learning achievement in the category of high, medium or low parents attention on the subject of Algebraic Form of the seventh grade students of the State Junior High School in Cilacap in 2010/2011.
The population of this research is the all seventh grade students of the
Analysis of Variance Test prerequisite Lilliefors test is used to test normality,
The analysis technique applied was a two ways analysis of variance (anova) with different cell frequency unbalanced factor (3 x 3). Two-way analysis of variance results for the level of 5% significant show (1) there are differences in mathematics achievement between students who take the lesson by STAD, Jigsaw and traditional methods in the subject Algebraic Forms of the seventh grade students of the State Junior High School in Cilacap in 2010/2011 (F = 6.04> F = 3.00). (2) there are differences in mathematics achievement of student from the three categories of parents attention in Algebraic Forms topic of the seventh grade students of the State Junior High School in Cilacap in 2010/2011 (F = 7.32> F = 3.00), (3 ) Characteristics of the difference between the use of teaching models STAD, Jigsaw and traditional for each category of parents attention is the same in Algebraic Forms topic of the seventh grade students of the State Junior High School in Cilacap in 2010/2011 (F= 2.32<F=2.37).
From the results of multiple comparison with Scheffe method and by looking at the average for each group it can be concluded that students with STAD cooperative learning type have academic achievement as good as cooperative learning Jigsaw type (F1.-2.= 5.52 <F = 6.00). STAD cooperative learning type is better than traditional learning (F1.-3.= 16.165> F = 6.00). Jigsaw cooperative learning type is as good as traditional learning (F2.-3.= 2.897 <F = 6.00). Students with high parents attention have the same learning achievement of students with medium parents attention (F.1-.2= 0.4488 <F = 6.00). Students with high parents attention have a better mathematics achievement than students who have low parents attention (F.1-.3= 15.247> F = 6.00), and students with medium parents attention have a better achievement than students with low parents attention (F.2-.3= 18.167> F = 6.00).
Key Words: STAD, Jigsaw, Parents Attention, Learning Achievement.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan nampak dari upaya pembaharuan serta penyempurnaan kurikulum yang telah dilaksanakan. Pada hakekatnya tujuan pembaharuan kurikulum tersebut adalah untuk menjawab masalah-masalah pendidikan yang timbul pada masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Dalam pelaksanaan pendidikan tiap anak memiliki motivasi (dorongan/alasan) untuk melaksanakan kegiatan. Dalam pendidikan, motivasi yang kuat memudahkan pencapaian tujuan, karena motivasi yang kuat ini melahirkan usaha, aktivitas , dan minat yang besar dalam tujuan itu. Pendidik perlu mengusahakan agar anak dalam proses belajar sesuatu disertai motivasi yang memadai.
Pengalaman belajar yang disediakan oleh lingkungan diharapkan mampu mengembangkan potensi-potensi pada anak. Penerapan prinsip ini pada bidang pendidikan di sekolah adalah dengan menciptakan serta mengorganisasikan kegiatan bimbingan sehingga bakat/potensi peserta didik dapat berkembang secara maksimal. Motivasi belajar mereka ditingkatkan dan bantuan diberikan pada waktu mengalami kesulitan baik bersifat pribadi, sosial maupun pangajaran.
Dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan seumur hidup dikelola atas tanggung jawab keluarga, sekolah dan masyarakat. Masing-masing lembaga tersebut, mempunyai kaitan tanggung jawab yang terpadu dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.
Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama kali anak dilahirkan. Waktu lahir anak dalam keadaan lemah. Disinilah ia pertama kali mengenal nilai dan norma. Ia perlu terkait secara sadar dalam mencapai “Idealisme Keluarga”. Pendidikan di lingkungan keluarga berfungsi untuk memberikan dasar dalam menumbuh kembangkan anak sebagai mahluk individu, sosial, susila dan relijius. Hambatan yang mungkin dialami oleh anak dalam lingkungan pendidikan ini antara lain perhatian orang tua terhadap anaknya kurang, kasih sayang kurang, tidak ada rasa aman di dalam keluarga, inisiatif dan kreatifitas anak tidak bisa berkembang dan faktor orang tua kurang bisa membangkitkan semangat bagi anak.
Namun, banyak orang tua yang tidak mengerti kesulitan yang disandang anak-anak itu. Mereka malah menyangka anaknya bandel, malas belajar, bahkan cacat mental,”saking jengkelnya, para orang tua gampang main tangan”, kata Ratih G Zimmer, ahli terapi fisik lulusan Jerman (dikutip dari majalah Tempo edisi 12-18 Januari 1999;66). (Dalam Amir Mahmud,2000:3)
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw sangat langka ditemukan di lapangan. Masih banyak guru mengajar dengan metode tradisional. Pada pembelajaran pokok bahasan bentuk aljabar misalnya, guru hanya mengajarkan cara-cara bagaimana menyelesaikan bentuk aljabar tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba menemukan sendiri bagaimana mendapatkan cara itu. Dalam pembelajaran tradisional, guru cenderung hanya mentransfer pengetahuan yang dimiliki ke dalam pikiran siswa. Siswa hanya menunggu dan menyerap apa yang diberikan guru. Hal ini menunjukkan bahwa peran guru dalam pembelajaran tradisional sangat mendominasi siswa, keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran ini sangat kurang. Di sisi lain juga masih ditemui rendahnya perhatian orang tua dalam pendidikan anaknya, terutama bagi orang tua yang tidak menguasai bentuk aljabar sehingga tidak memberikan bantuan bimbingan belajar di rumah, apalagi orang tua tersebut juga tidak berusaha memberi fasilitas tambahan belajar misalnya dengan mengikutkan anaknya pada kegiatan bimbingan belajar. Orang tua seperti itu masih beranggapan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab sekolah, mereka merasa sudah cukup dengan memasukkan anaknya pada sekolah. Oleh karena itulah peneliti memilih materi pokok Bentuk Aljabar yang diajarkan pada siswa kelas VII SMP, karena berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru selama ini sering dijumpai kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal bentuk aljabar. Pada forum musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) sering diperbincangkan tentang kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal bentuk aljabar.
Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal bentuk aljabar karena siswa tidak mengalami pembelajaran yang bermakna., sebab guru cenderung mengajarkannya di kelas hanya dengan metode ceramah. Siswa tidak diberikan kesempatan untuk mencoba menemukan sendiri dengan cara mendiskusikan dengan teman sekelasnya.Keadaan ini diperparah dengan kebiasaan guru yang melanjutkan materi pelajaran sementara siswa belum memahami betul materi yang diterimanya. Secara umum guru enggan untuk mencoba menerapkan model pembelajaran lain untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang lebih baik. Sehingga perlu adanya perhatian dari semua pihak dalam upaya peningkatan hasil belajar matematika. Salah satu faktor dalam upaya tersebut adalah peran guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran yang dapat menentukan keberhasilan suatu pembelajaran.
Pada metode pembelajaran tradisional, guru cenderung hanya mentransfer pengetahuan matematika yang dimiliki ke dalam pikiran siswa, siswa hanya menunggu dan menyerap apa yang diberikan guru. Hal ini menunjukkan bahwa peran guru dalam kegiatan pembelajaran tradisional selalu mendominasi siswa, keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran ini sangat kurang atau pasif. Guru dipandang berfungsi sebagai sumber utama pengetahuan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam pembelajaran matematika perlu adanya perubahan secara bertahap dari pembelajaran yang berpusat pada guru ke arah pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan memperhatikan aktivitas siswa, interaksi sosial dan konstruk pengetahuan. Dalam pembelajaran ini guru tidak lagi dominan, namun siswalah yang aktif untuk memecahkan masalah maupun mengkonstruksi pengetahuan baik secara kelompok maupun individu.
Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal aplikasi matematika diperlukan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Berdasarkan kajian teori mengenai efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan jigsaw serta penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Muhammad Fathoni (2007) Pembelajaran matematika model jigsaw memberi efek rata-rata kemampuan kognitif dan kemampuan afektif yang berbeda dibandingkan model pembelajaran konvensional. Hafifah (2008) Ada perbedaan prestasi belajar peserta didik pada kompetensi sistem persamaan linier dua variabel antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD dengan model pembelajaran langsung. Sulani (2010) Prestasi belajar matematika pada materi pokok sistem persamaan linier yang mendapat pembelajaran dengan model kooperatif jigsaw lebih baik daripada yang mendapat pembelajaran langsung. Wasriah (2010) Prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran langsung dengan metode Ekspositori.
Pada penelitian ini penulis mencoba menerapkan dan membandingkan antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, karena kedua tipe ini karakteristiknya memiliki banyak kesamaan yaitu kerjasama kelompok dan diskusi. Dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini, siswa dituntut agar dapat menyelesaikan suatu soal matematika dan menguasai masalah yang dihadapi itu dalam diskusi. Kemudian siswa tersebut juga harus mampu menyampaikan hasil diskusi dalam kelompok ahli itu kepada siswa lain dalam kelompok asalnya masing-masing dengan baik agar dapat dipahami oleh seluruh anggota kelompoknya. Dengan demikian, setiap anggota dari masing-masing kelompok akan memiliki tugas dan tanggungjawab besar guna mencapai keberhasilan kelompoknya.
Tingkat keberhasilan penerapan model pembelajaran tipe Jigsaw dan STAD ini dapat dilihat dari kerjasama dan keaktifan siswa dalam kelompok yang sudah mulai tampak selama diskusi berlangsung. Lebih rinci keberhasilan tipe jigsaw dapat dilihat dari hasil pekerjaan siswa pada tes akhir dimana siswa sudah dapat menuliskan langkah-langkah menyelesaikan soal matematika dengan benar. Sedangkan keberhasilan tipe STAD dapat dilihat pada saat membandingkan jawaban dan meluruskan jika ada anggota kelompok yang mengalami kesalahan konsep.
Salah satu penyebab kesulitan siswa dalam memecahkan masalah-masalah dalam belajar adalah siswa tidak diberikan kesempatan untuk mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Maka tugas guru dituntut mencari alternatif untuk membantu siswa agar dapat memecahkan masalah dengan benar. Namun demikian terdapat faktor lain yang dapat menjadi penyebab menurunnya prestasi belajar siswa, yaitu perhatian orang tua dalam pendidikan putra-putrinya. Sebagian besar waktu anak tetaplah berada di rumah, sehingga keberhasilan upaya mengoptimalkan perkembangan anak tidak hanya dilihat dari sisi lembaga pendidikan. Keluarga lebih khusus orang tua, pada prinsipnya tetap memegang tanggung jawab terbesar dalam pendidikan anaknya.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menyebabkan prestasi belajar yang lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari tradisional pada materi bentuk aljabar siswa kelas VII SMP di Kabupaten Cilacap tahun pelajaran 2010/2011.
2. Untuk mengetahui apakah kategori perhatian orang tua siswa yang berbeda-beda memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda pula.
3. Untuk mengetahui di antara penggunaan model pembelajaran yaitu tipe STAD, tipe jigsaw dan tradisional manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik untuk kategori perhatian orangtua tinggi, sedang atau rendah pada pokok bahasan bentuk aljabar kelas VII SMP di Kabupaten Cilacap tahun pelajaran 2010/2011.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian dengan menggunakan desain eksperimen/ metode penelitian eksperimen semu. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan stratified cluster random sampling. Teknik pengumpulan data dengan metode tes, metode angket dan dokumenter. Instrumen penelitian adalah soal tes dan angket. Uji prasyarat, uji normalitas dengan uji Lilliefors dan uji homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett. Uji hipotesis dengan menggunakan Anava Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama, sedangkan uji komparasi ganda dengan menggunakan metode Scheffe.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hipotesis Pertama
Dari hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh F = 6,04 > 3,00 =
F, F terletak di daerah kritis maka H ditolak berarti terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran STAD, pembelajaran Jigsaw dan pembelajaran tradisional. Karena H ditolak sedangkan dalam variabel pembelajaran ada tiga kelompok hasil prestasi pembelajaran maka harus dilakukan uji lanjut pasca anava dengan metode Scheffe. Dari uji lanjut pasca anava diperoleh hasil F , F= 16,165, F= dengan DK = {F|F>6,00} sehingga dapat disimpulkan bahwa rataan prestasi belajar matematika materi pokok bentuk aljabar pada pembelajaran tipe STAD dan pembelajaran tipe Jigsaw sama, rataan prestasi belajar pada pembelajaran tipe STAD dan pembelajaran tradisional berbeda dan rataan prestasi belajar pada pembelajaran tipe jigsaw sama dengan rataan yang diperoleh dari pembelajaran tradisional. Sehingga dari uji komparasi ganda pasca anava antar baris disimpulkan bahwa prestasi belajar pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD sama dengan prestasi belajar pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, prestasi belajar pada pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari pembelajaran tradisional dan prestasi belajar pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sama dengan prestasi belajar pada pembelajaran tradisional. Hipotesis pertama tidak teruji, hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain: a) Dalam pembelajaran guru belum terbiasa menggunakan sistem modul, b) Siswa belum siap untuk mempelajari sendiri modul yang diberikan, c) Siswa masih perlu bimbingan lebih banyak dari guru.
2. Hipotesis kedua
Dari hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh F = 7,32 > 3,00 = F, F terletak di daerah kritis maka H ditolak berarti terdapat perbedaan prestasi belajar matematika peserta didik dari ketiga kategori perhatian orangtua. Karena H ditolak dan ada tiga kategori perhatian orangtua maka perlu dilakukan uji lanjut pasca anava dengan metode scheffe. Dari uji lanjut pasca anava diperoleh hasil F= , F= , F= dengan DK = { F | F > 6,00}sehingga dapat disimpsulkan bahwa rataan prestasi belajar pada perhatian orangtua tinggi sama dengan rataan prestasi belajar perhatian orangtua sedang, rataan prestasi belajar pada perhatian orangtua tinggi lebih baik dari rataan prestasi belajar pada perhatian orangtua rendah dan rataan prestasi belajar pada perhatian orangtua sedang berbeda signifikan dengan rataan prestasi belajar yang diperoleh dari perhatian orangtua rendah. Dari hasil perhitungan komparasi ganda pasca anava antar kolom dapat disimpulkan bahwa rataan prestasi belajar pada kategori perhatian orangtua tinggi sama dengan rataan prestasi belajar pada kategori perhatian orangtua sedang, prestasi belajar pada kategori perhatian orangtua tinggi lebih baik dari rataan prestasi belajar pada kategori perhatian orangtua rendah dan rataan prestasi belajar pada kategori perhatian orangtua sedang lebih baik dari prestasi belajar pada kategori perhatian orangtua rendah. Sehingga hipotesis kedua penelitian ini tidak teruji, hal ini mungkin disebabkan dalam pengisian angket siswa tidak konsentrasi atau kerjasama dengan siswa lain.
3. Hipotesis ketiga.
Dari hasil analisis variansi dua jalan sel tak sama diperoleh F= 2,32 < 2,37 = Ftabel, F tidak terletak di daerah kritis maka H diterima berarti bahwa karakteristik perbedaan antara penggunaan model pembelajaran STAD, jigsaw dan tradisional untuk setiap kategori perhatian orang tua adalah sama pada materi pokok bahasan bentuk aljabar. Karena H diterima maka tidak perlu uji lanjut pasca anava antar sel pada baris yang sama dan antar sel pada kolom yang sama dengan metode Scheffe.
Pada rerata antar sel diperoleh data sebagai berikut:
a. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD = 66,42, = 65,68 dan = 61,89.
b. Pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw =69,94, = 62,32 dan = 48,00
c. Pada pembelajaran tradisional = 54,94, = 58,41 dan=51,33.
Hipótesis ketiga tidak teruji, karena perbandingan model pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bentuk Aljabar tidak tergantung pada tingkat perhatian orang tua dalam pendidikan. Begitu pula perbandingan tingkat perhatian orang tua dalam pendidikan terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bentuk Aljabar tidak tergantung pada model pembelajaran.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengambilan kesimpulan dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang penting karena menggambarkan apa yang telah diteliti dan menggambarkan hasil penelitian beserta kajiannya.
Berdasarkan landasan teori dan didukung hasil analisis yang telah dikemukakan dalam BAB IV serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan di depan, maka dapat disimpulkan bahwa pada kelas VII SMP Negeri se- Kabupaten Cilacap tahun pelajaran 2010/2011:
1. Pada siswa-siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD mendapatkan prestasi belajar yang sama dengan siswa-siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Siswa-siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa-siswa yang diberikan model pembelajaran tradisional. Siswa-siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mendapatkan prestasi belajar yang sama dengan siswa-siswa yang diberikan model pembelajaran tradisional.
2.Siswa-siswa yang mendapatkan dukungan perhatian orang tua tinggi memperoleh prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa-siswa yang mendapat dukungan perhatian orang tua sedang. Siswa-siswa yang mendapat dukungan perhatian orang tua tinggi memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa-siswa yang mendapat dukungan perhatian orang tua rendah. Sedangkan siswa-siswa yang mendapat dukungan perhatian orang tua sedang memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa-siswa yang mendapat dukungan perhatian orang tua rendah.
3.Pada model pembelajaran, pemberian model pembelajaran STAD prestasi belajar siswa tidak berbeda dengan model pembelajaran jigsaw, pemberian model pembelajaran STAD prestasi belajar siswa lebih baik dari pada pembelajaran tradisional dan prestasi belajar siswa pada pemberian model pembelajaran jigsaw sama baiknya dengan pembelajaran tradisional.
Pada kategori tingkat perhatian orang tua, pada kategori perhatian orang tua tinggi dan sedang siswa memperoleh prestasi belajar yang sama, pada perhatian orang tua tinggi prestasi belajar siswa lebih baik daripada perhatian orang tua rendah dan pada perhatian orang tua sedang prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bentuk Aljabar lebih baik daripada perhatian orang tua rendah
B. Saran
Berdsarkan kesimpulan di depan, maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Siswa diharapkan berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas dengan melakukan diskusi denagn teman-teman sebaya demi meningkatkan wawasan keilmuannya, khususnya pada saat diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw. Adanya kegiatan diskusi ini dapat melatih dan mengasah otak untuk membiasakan berpikir kritis untuk menemukan jalan keluar permasalahan-permasalahan yang dihadapi secara komprehensif dengan mempertimbangkan kepentingan orang lain.
2. Bagi Guru
Guru hendaknya dapat memilih model pembelajaran yang tepat dimulai dari menganalisis berbagai faktor yang terkait dengan siswa yang diajarnya, merancang atau merencanakan, mengembangkan dan mengimplementasikan model pembelajaran tersebut sesuai dengan kondisi siswa yang sedang dibimbingnya dalam proses pembelajaran. Terkait dengan pengembangan keterampilan kooperatif yang mempertimbangkan keberagaman siswa dapat digunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD atau Jigsaw.
3. Bagi Kepala Sekolah
Kepala Sekolah diharapkan dapat menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif di sekolahnya dengan memberikan dorongan kepada guru-guru untuk memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat. Disamping itu juga diharapkan dapat menjalin hubungan atau komunikasi yang baik dengan orang tua atau wali murid agar terjadi kerjasama yang efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan kualitas pembelajaran di sekolah.
4. Bagi Orang Tua
Orang tua hendaknya memperhatikan pendidikan putra-putrinya, tidak cukup merasa lepas tanggung jawab dengan memasukkan putra-putrinya ke lembaga pendidikan . Peran aktif dan berbagai bentuk perhatian demi kemajuan belajar putra-putrinya tetap diperlukan dalam berbagai bentuk misalnya memberikan bimbingan dan pengawasan, meluangkan waktu dalam membimbing, memberikan nasehat, memotivasi anak dalam belajar, dan menyediakan sarana prasarana sebagai fasilitas belajar.
5. Bagi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga.
a. Disdikpora diharapkan dapat memberikan fasilitas-fasilitas yang memadai bagi guru maupun siswa dalam upaya pengembangan strategi pembelajaran yang tepat agar prestasi belajar siswa dapat terus meningkat.
b. Disdikpora diharapkan dapat mendukung dan membantu tersedianya media pembelajaran yang layak dan tepat bagi pembelajaran matematika.
c. Disdikpora diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru lewat penataran , diklat, workshop maupun beasiswa belajar.
d. Disdikpora diharapkan dapat menumbuhkembangakan persaingan positif antar guru, siswa dan sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar matematika, misalnya dengan karya ilmiah dan olimpiade.
6. Bagi Peneliti lain
Pada penelitian ini hanya dikaji mengenai eksperimentasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw pada pokok bahasan Bentuk Alabar ditinjau dari perhatian orang tua siswa. Diharapkan kepada peneliti lain untuk mengkaji pada pokok bahasan dan aspek lain dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw dengan populasi yang lebih besar lagi agar diperoleh kajian yang lebih komprehensif dalam upaya pencapaian prestasi hasil belajar matematika yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Amir Mahmud. 2000. Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam Pelajaran Matematika di SMU Negeri 1 Majenang. Tasikmalaya: Skripsi FKIP Universitas Siliwangi.
Anas Sudijono. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
. Andrew M Tyminski, Sue Ellen Richardson, Elizabeth Winarski. 2010 Journal of Teaching Children Mathematics. Reston : Apr 2010. Vol. 16, Iss. 8; page. 451-455. http://proquest.umi.com/pqdweb?did=2015984351&sid=1&Fmt=2&clientId=44698&RQT=309&VName=PQD diakses 19 Mei 2010.
Arends, R I. 1997. Classroom Instruction and Management. Central Conecticut State University : the Mc Graw-Hill Companies.Co.
B Sri Rukatiningsih B R. 2009. Eksperimentasi model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar ditinjau dari aktivitas belajar siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Surakarta tahun pelajaran 2007/2008. Surakarta; Tesis Universitas Sebelas Maret.
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press.
Budiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian Edisi kedua.. Surakarta : UNS Press.
Chalijah Hasan. 1994. Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya: Al Ikhlas.
Dakir. 1993. Dasar-dasar Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Engkoswara. 1982. Metodologi Pengajaran. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Garry Hornby. 2009. The effectiveness of cooperative learning with trainee teachers. Journal of Education for Teaching, Volume 35, Issue 2 , pages 161 – 168. http://www.informaworld.com/smpp/content~content=a910564557~db=all~jumptype=rss. diakses 12 Okt 2009.
Gillies, Robyn M., Boyle, Michael. 2010 (School of Education , The University of Queensland , Brisbane , Queensland 4072, Australia ). Teachers' reflections on cooperative learning: Issues of implementation. Journal of Teaching & Teacher Education; Vol. 26 Issue 4, p933-940. http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=a3h&AN=48603698&site=ehost-live diakses 19 Mei 2010.
Groth, R.E. 2007. Case studies of mathematics teachers, learning in an online study group. Contemporary Issues in Technology and Teacher Education(Online serial). CITE JOURNAL Vol. 7 Issue 1. p323-329. http://www.citejournal.org/vol7/iss1/mathematics/article1.cfm. Akses 12 Oktober 2009.
Hadi Wiyono 2008. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku Aljabar ditinjau dari Partisipasi Orangtua pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se-Kabupaten Ponorogo Tahuin Pelajaran 2007/2008. Surakarta; Tesis Universitas Sebelas Maret.
Hafifah. 2008. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada sistem persamaan linier dua variabel ditinjau dari kreativitas belajar peserta didik kelas VIII SMP Kota Surakarta tahun pelajaran 2008/2009. Surakarta; Tesis Universitas Sebelas Maret.
Joesmani. 1988. Pengukuran dan Evaluasi Dalam Pengajaran. Jakarta: Depdikbud-Dirjen Dikti-YEK Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Shimazoe Junko and Howard Aldrich. 2010. Group Work Can Be Gratifying: Understanding & Overcoming Resistance to Cooperative Learning. Journal of College Teaching. Vol.58 Page 52-57. Diakses 12 Juni 2010.
Lee, B.2002. Parental involvement in cross cultural perspective. (Thesis). University of Illionis .
Lie A. 1994. Jigsaw: A cooperative Learning Method for the Reading Class. Waco , Texas : Phi Delta Kappa Society.
Martiningsih.2007. Macam-macam Metode Mengajar. http://www.martiningsihonline.wordpress.com Diakses 17 September 2009.
Martinis Yamin 2008. Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta: Gaung Persada Press.
Masnur Muslich. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Moh Sochib. 1998. Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: PT Rineka Cipta
Muhammad Fathoni, 2007. Efektivitas Pembelajaran Matematika Model Jigsaw terhadap kemampuan kognitif dan kemampuan afektif siswa ditinjau dari jenis kelamin siswa SDN se-Kecamatan Sambi kabupaten Boyolali. Surakarta; Tesis Universitas Sebelas Maret.
Nasution. 1983. Sosiologi Pendidikan. Bandung: Jemmars.
Noorchaya Yahya and Kathleen Huie. 2002. Florida Atlantic University (Boca Raton, Florida, USA), Reaching English Language Learners Through Cooperative Learning Internet TESL Journal, Vol. VIII, No. 3, p77-81.
http://iteslj.org/Articles/Yahya-Cooperative.html diakses 12 Okt 2009
http://iteslj.org/Articles/Yahya-Cooperative.html diakses 12 Okt 2009
Oemar Hamalik. 1990. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Oemar Hamalik. 1992. Metode dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.
Pasaribu I L dan B Simanjuntak. 1980. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.
Poerwadarminta. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sadirman. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo.
Slameto. 1998. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Bina Aksara.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Slavin. 1994. Educational Psychology. Theory and Practice. Fourth Edition. Measachusset: Allyn and Bacon Publisher.
Slavin. 2005. Cooperative Learning: theory research and practice. London: Allyn and Bacon.
Sudjana. 1989. Metode Statistik. Bandung: Tarsito
Sukmadinata. Nana S. 2006. Metode Penelitian. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sulani. 2010. Eksperimentasi model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada materi pokok bahasan Sistem Persamaan Linier ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Tulung Agung tahun ajaran 2009/2010. Surakarta. Tesis Universitas Sebelas Maret
Sumadi Suryabrata. 1987. Pengembangan Tes Hasil Belajar, Jakarta: Rajawali Pers
Untari Setyawati. 2008. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe Jigsaw pada kompetensi dasar Persamaan Kuadrat ditinjau dari motivasi belajar peserta didik kelas X SMA Negeri di Surakarta. Surakarta; Tesis Universitas Sebelas Maret.
Utami Munandar. 1992. Pengembangan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Wasriah. 2010. Efektivitas pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada kompetensi dasar transformasi bangun datar ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa kelas XI SMK di Bojonegoro. Surakarta; Tesis Universitas Sebelas Maret.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar